Wednesday, August 17, 2011

Merdeka tanpa tapi...



Konon Negeri ini kaya, sumber daya berlimpah.Tapi kenapa masih banyak yang hidup dari sedekah. 66 Tahun kita telah ikrarkan Merdeka, Lepas dari belenggu penjajahan tapi saat ini ekonomi didominasi kekuatan manca. Pendidikan dasar Konon digratiskan. Nyatanya tak semua bebas mendapatkan. Sekolah hanya milik kaum berpunya. Layanan kesehatan dikampanyekan untuk semua kalangan dan lapisan. Hari ini siapa bebas mendapatkan hanya yang bergelimang kemewahan..



Setiap Tahun Kemerdekaan diperingati tapi tak ada perubahan berarti..hanya sekadar seremoni. Bendera dikibarkan, teks proklamasi dibacakan, Pasukan dibariskan, instruksi disampaikan. Sesudahnya tak ada kesan..

Saya tak menyaksikan langsung bagaimana kecamuk masa zaman revolusi . Tetapi hidup di jaman penjajahan pasti tak nyaman . Hidup berkekurangan
dalam kungkungan kekuasaaan nan tiran. Sekilas gambarannya hanya terlihat di film dan cerita yang sering di ulang Kakek dan nenek saat kecil. Didongengkan dipembaringan sesaat sebelum tertidur..

Orang Tua, Kakek dan Nenek kita merasakan betapa merdeka sebuah kemewahan. Diperjuangkan tak cukup hanya diimpikan apalagi hanya dibincangkan. Semua rela dikorbankan meski nyawa harus menjadi taruhan. Tiga ratus lima puluh tahun sebuah perjalanan panjang melelahkan.

Hari ini 66 tahun lalu Soekarno-Hatta telah mendeklarasikan Merdeka dari belenggu penjajah. Harusnya kebebasan makin lama menuju keleluasaan. Leluasa mencari kehidupan,leluasa menuju pencapaian. Leluasa kepada kehidupan yang didambakan.

Sedih terasa saat melihat Merdeka ternyata masih menyisakan sejuta tapi. Merdeka tapi masih Miskin, Merdeka tapi masih banyak yang mendapat ketidakadilan. Merdeka tapi susah beroleh pekerjaan. Merdeka tapi berobat hanya milik si kaya yang mampu membayar biaya perawatan.

Memang merdeka bukan akhir perjalanan. Bukankah untuk beroleh setetes kebahagiaan,langkah harus selalu digerakan. Maka tidak arif jika kita hanya menginginkan nikmat tetapi berhenti meretas garis perjuangan.

Jika Kakek Nenek kita memproklamasikan kemerdekaan dari penjajah. Maka tugas kita setiap tahun memproklamasikan pembebasan. Deklarasikan harapan untuk selalu mengisinya dengan perjuangan menghilangkan kata tapi.

Merdeka dengan menyisakan tapi berarti merdeka retorika bukan kebebasan. Merdeka sebenarnya saat tak ada lagi ketakutan, belenggu, kesewenangan juga kebodohan dan kemiskinan.

Baca kembali secarik puisi karya Chairil Anwar dalam Kerawang Bekasi (1948)
Brawidjaja, Jilid 7, No 16, 1957 berikut:

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Meneruskan perjuangan adalah mengisinya bukan sekedar mengingat, menghelat pesta, ritual lomba atau hanya memoles citra.

Tulang tulang pengorbanan pahlawan hanya akan dikenang atau akan menjadi tonggak perbaikan. Karena pendahulu telah rela mempersembahkan bunga kehidupan.

Maka di momentum Dirgahayu Negeri ini mari bertekad satukan langkah untuk terus berusaha. Jangan lagi membuat ulah,menyempitkan anugerah dengan perbuatan tercela. Korupsi meraja penindasan sebuah tontonan penguasa. Pemimpin tak memiliki kepemimpinan, hukum adil sesuai pesanan, tajam ke bawah dan tumpul ke atas.

Kalau kita belum menghasilkan prestasi teruslah berkreasi reaksi hingga pertiwi dapat mengapresiasi.

Hanya dengan sebuah tindakan nyata impian untuk mengurai tapi akan kita raih.
Bumi pertiwi merindukan pembebasan, maka karya terbaik kita mana yang dapat diberikan? Merdeka seutuhnya akan memberikan keleluasaan. Jadilah bagian dari sejarah, jangan hanya menonton dan menunggu ditepian lapangan saja(lse)

No comments: