Thursday, March 13, 2008

Masjid Gaduh




Urusan Anak ternyata tidak hanya dapat merepotkan orang tua di dalam rumah saja. Terbukti beberapa waktu terakhir ini Ta’mir Masjid perumahan kami sangat kerepotan dengan semangat mengekslorasi diri yang begitu gempita khas anak-anak.

Sepertinya anak-anak menemukan dunia bermain yang sangat mengasyikkan dan celakanya dilakukan dikala para orangtua tengah khusyu’ menjalankan sholat.Pertemuan dengan para kawan sebaya seolah menjadikan pemicu untuk bisa beraksi sesuai dengan kehendak .

Memang dunia anak sangat berbeda dengan dunia orang dewasa, mereka hidup tanpa ada pembatasan ataupun pantangan. Tetapi orang dewasa sangat banyak memiliki nilai yang memang terkadang menjadi sebuah pembatasan.

Dari dua kutub yang berbeda inilah akhirnya yang menjadikan masalah ini hingga sampai kepada tataran kerumitan.Para orang tua yang memiliki anak-anak sendiri juga merasakan pusing tujuh keliling.

Karena alasan itulah, maka sebelum berangkat ke Masjid, Ayah atau Bunda telah memberikan panduan dan arahan agar anak dapat mengikuti apa yang dilakukan. Bahkan kalaupun bisa selalu dapat bersanding dan bergerak beriring sesuai contoh.

Tetapi ternyata larangan dan arahan itu hanyalah berlaku sesaat saja, berikutnya adalah celotehan suara, kadang derai tawa khas anak anak tanpa batas.

Orang tua tentu sangat berhasrat menyambut ajakan Rasullullah untuk mengajarkan Sholat kepada anak dikala mereka telah menginjak usia tujuh tahun, dan memang mengenalkan anak dengan Masjid tentu akan mendekatkan anak kepada pusat spirit ruhani terbesar dalam Islam.

Seperti simalakama kalau dimakan, Masjid ramai oleh kegaduhan anak-anak, tetapi kalau anak tidak diajak ke Masjid maka sama saja dengan menjauhkan anak dari nilai agama.

Sayangnya orangtua kebanyakan cenderung mempunyai cara pandang yang menginginkan segalannya bisa tercapai secara instant.Secepat menikmati hidangan resto fastfood, yang begitu dipesan secapat itu datang terhidang.

Cara berfikir orang dewasa bahwa masjid adalah tempat sakral yang tidak bisa digunakan oleh anak-anak bermain dan mengeksplorasi diri tentu harus diiringi dengan arahan bukan sekedar larangan. Karena memang didalam dunia anak yang masih awam terkadang mereka memerlukan alasan termudah dan paling bisa diterima disamping pembiasan.


Jalan tengah harus diambil bukan melarang tetapi yang diperlukan adalah mendampingi. Memberikan pengawasan dan selalu memberikan petunjuk setiap terjadi penyimpangan adalah solusi.

Akhirnya setelah dilakukan syuro’ diputuskan beberapa jama’ah diberikan tugas untuk mendampingi anak saat sholat berlangsung.Setiap anak-anak bergerak meninggalkan shof,atau bereaksi dengan bercakap dengan teman sebaya, maka ayah atau bunda yang ditunjuk akan mengarahkan untuk kembali ke barisan mengunci mulut dan mengikuti gerakan imam.

Demikianlah akhirnya solusi cerdas telah digulirkan sehingga masjid telah kembali menjadi tempat yang nyaman untuk sholat dan menjadi ruang pembelajaran anak sejak usia dini.

No comments: