Thursday, March 13, 2008

Memberi, tentu lebih utama daripada menerima


Seratus meter menjelang jembatan terakhir yang menjadi jalur perjalanan saya menuju kantor hari ini berdiri satu portal penghimpun dana amal jariyah pembangunan Masjid.

Portal inu dibangun cukup sederhana hanya dengan bermodalkan dua drum bekas olie yang ditempatkan persis ditengah-tengah ruas jalan. Tiga orang berbagi peran dua orang sebagai pembawa kotak amal dilengkapi dengan kotak kardus bekas mie instant, plus bendera kecil warna hijau yang sesekali dikibas-kibaskan ke semua pengguna jalan yang sedang melintas dijalanan sebagai tanda untuk mengundang mereka untuk menyedekahkan uangnya.Seorang lagi berada di seberang jalan sebagai juru suara yang bertugas mengiklankan pentingnya berderma .

Kalau dijumlahkan, maka portal terbaru ini telah menggenapi keseluruhan portal serupa yang telah didirikan di sepanjang jalan yang saya lewati sebelumnya menjadi lima buah.Hampir kesemuanya memiliki format dan cara menghimpun dana yang sama.

Memang saat ini sangat lazim ditemui portal-portal semacam ini yang kalau dikerucutkan tujuan pendiriannya adalah senada,sebagai sarana penghimpun dana guna merehabilitasi dan membangun Masjid.

Saya sendiri tidak begitu terusik dengan keberadaan kegiatan ini, karena memang saya lebih sering menggunakan motor dibandingkan mobil setiap pulang pergi bekerja.Tetapi disisi yang lain saya sering mendengar keluhan para sopir mobil, karena merekalah yang kerap merasakan arus yang sedikit terhambat oleh kegiatan ini.

Dengan adanya pembatas jalan sudah barangtentu menjadikan kendaraan hanya bisa berjalan merayap satu satu.Antrian akan bertambah lama apabila pengendara tergerak untuk menyumbang.

Keinginan untuk membangun tentu sangat bagus jika memang hal itu dilakukan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan. Tidak hanya sekedar sebuah keinginan semata tanpa diiringi dengan kemampuan. Kalaupun sekarang kita belum mempunyai kemampuan, maka sudah sepantasnya tidak perlu memaksakan diri.
.

Bagi saya adalah suatu kebaikan yang sempurna apabila kita mampu mngumpulkan dana dengan cara cara yang ahsan. Tentu penyesuaian dengan kemampuan juga diperlukan agar kita tidak terjebak kepada keinginan yang terkadang menyesatkan. Tidakkah kita sadar bahwa berderma dengan ikhlas sesuai kemampuan dan kesadaran sendiri adalah lebih utama daripada kita menghimpun dana tetapi dengan unsur sedikit memaksa. Bahkan tanpa terasa kita telah terlepas dari keutamaan bahwa tangan diatas adalah lebih baik daripada tangan dibawah.Memberi tentu lebih utama daripada menerima.

Yang menjadi ironi adalah ketika fisik bangunan telah terbina dengan eloknya kita telah pula melupakan untuk membina jama’ah. Maka jangan heran apabila Masjid yang berukuran luas dan megah itu terkadang hanya berisikan beberapa orang tentu tidak sebanding dengan kapasitas yang telah diusahakan.Sholat Subuhpun sering dihadiri oleh jama’ah yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan pilar bangunan yang ada.

Sambil berkendara fikiran saya melayang ke masa lampau. Teringat saat beberapa tahun lampau seorang Ustadz yang saleh menceritakan isi kandungan Kitab Hayatus Sahabat yang berisikan suri tauladan kehidupan Nabi dan beberapa sahabat.Kalau kita menengok panutan kita, Baginda Nabi selama lebih kurang 12 tahun masa awal kenabiannya membiarkan masjid beliau tanpa penerangan, bahkan apabila saat musim penghujan tiba maka tanah yang becek akan menjadi teman setia para sahabat.Sehingga setiap kali mereka bersujud maka kening dan muka mereka basah oleh air yang Turun dari langit.

Tetapi apakah dengan kondisi seperti ini yang kemudian menjadikan surutnya semangat dan lemahnya hasrat untuk memakmurkan Masjid?. Ternyata sejarah kemudian mencatat dari Masjid yang Sangat minim dengan fasilitas inilah terlahir generasi-generasi Rabbani terbaik yang tertempa tarbiyah.

Amalan Masjid bisa berjalan dengan baik dan sempurna tanpa ada halangan fasilitas. Mereka mendapati daya tarik magnetis adalah perasaan senang dan tenteram oleh karena amalan yang dihidupkan oleh Rasulullah dan para Sahabat yang bergantian menjalankannya dengan Kegiatan Da’wah Illalah, Tadarus Alqu’an, dzikir,sholat dan bahkan juga digunakan sebagai sarana untuk membahas masalah-masalah social kemasyarakatan yang selalu mewarnai dinamika kehidupan mereka.

Sambil mengurangi kecepatan dengan menurunkan gigi persneling motor kesayangan, saya menghela napas karena gerbang kantor tempatku bekerja telah kumasuki. Segera kuparkir kendaraan ditempat yang tersedia.Saya berfikir untuk lebih menggiatkan kegiatan masjid terlebih dahulu sebelum memikirkan bagaiman cara untuk memperluas dan memperindah bangunan masjid bertetangga dengan rumah.Wallahu ‘alam bishowab.

No comments: