Monday, March 24, 2008

Kita menginginkan kekayaan kekurangan memberi arti makna berkecukupan dan syukur.


Dalam kehidupan kita sering mendapati kenyataan tidak sesuai dengan harapan.Sebagaimana Minggu lalu saya menjumpai seorang kawan lama yang sekarang telah sukses sebagai pengusaha bisnis snack cemilan dan makanan ringan.

Secara kasat mata saya melihat symbol kesuksesan telah berada dalam genggaman.Rumah yang relative mewah, kendaraan mobil pribadi keluaran terbaru, beberapa mobil operational dengan beberapa motor terjajar rapi didalam garasi.Istri dan beberapa anak sebagai pelengkap kebahagiaan pun telah hadir mneyemarakkan rumah yang asri dan berada di tepi sebuah perumahan terkenal di kota saya.

Sebagai seorang pengusaha muda yang belum lagi genap berumur empatpuluh tahunan tentu semua orang telah menganggap dia sebagai seorang yang telah mencapai kebahagiaan dan kesempuranaan hidup.

Tetapi sore itu setelah saya dan dia berbasa-basi saling bercerita kondisi dan keadaan, maklum lebih sepuluh tahun tidak bertemu.Terlontarlah pernyataan yang menandakan rasa tidak puas atas apa yang telah dia raih.Ada beberapa obsesi yang ternyata belum dia sempat rasakan.Ya disatu sisi memang kegemilangan karir bisnis telah bisa diraih, tetapi karena sang teman memulai bisnis sedari muda ,bahkan saat dia berada di kelas 2 SMU dengan membantu orang tua.

Belum hadirnya anak laki-laki ternyata dianggap sebagai kekurangan yang harus juga didapatkan.Ya ternyata anak laki-laki oleh teman saya dianggap sebagai pelengkap dan kesempurnaan hidup.Dia beranggapan beberapa anak perempuan tidak akan mampu meneruskan tongkat bisnis yang telah dibangun dengan susah payah..

Memang Allah SWT tidak memberikan segala-galanya pada setiap orang. Tentu apapun yang oleh orang lain dianggap sebagai bentuk kesempurnaan. Tetap saja oleh yang bersangkutan masih dinilai sebagai kekurangan.Rumput tetangga selalu nampak lebih hijau dari rumput sendiri ...Ada yang mendapatkan kemudahan di bidang harta, jabatan tetapi tidak memiliki anak.Ada yang memiliki kesehatan yang prima, anak-anak yang dilahirkan sesuai dengan harapan tetapi berkekurangan secara materi.Ada yang pandai di sekolah, berprestasi di karier tetapi gagal membina kehidupan keluarga dan seterusnya.

Dalam lingkup keseharian kita juga sering merasa tidak puas dengan apa yang kita dapatkan.Apabila kita mendapatkan dua maka kita merasa kecewa karena tidak mendapat lima. Kalaupun kita telah mendapatkan tujuh maka kita kurang berbahagia karena belum mendapatkan sepuluh dan seterusnya.

Sebetulnya apabila kita tidak puas atas apa yang tidak kita dapatkan atau kita menginginkan sesuatu yang kita tidak mampu mencapainya sebagai sebuah bentuk keluhan(complaint).

Saat kita mengeluh rasa syukur dalam diri kita akan hilang dan tergantikan oleh "negative perspective thingking".Sehingga rasa ini akan menggerogoti kenikmatan atas apa yang berada didalam genggaman dan sebaliknya justru akan mengabaikan begitu banyak kesenangan yang telah kita peroleh.Sebagaimana dalam sebuah hadits Qudsi yang masyhur yang mahfumnya berbunyi “Seandainya seluruh Pohon didunia ini digunakan sebagai pena, dan seluruh Lautan digunakan sebagai tintanya maka tidak akan pernah habis ditulis oleh anak Adam kenikmatan Allah SWT yang telah didapatkan”

Kita menginginkan kemudahan, Allah SWT turunkan kesulitan sebagai pembelajaran untuk mendapatkan hikmah atas segala ujian.

Kita menginginkan kekayaan , Allah SWT mengirimkan kekurangan sebagai pembelajaran atas makna berkecukupan dan rasa syukur.

Kita menginginkan Kelapangan , Allah SWT memberi kita banyak keterbatasan sebagai pembelajaran untuk menghargai kesempatan yang telah kita dapatkan.

Kita menginginkan kesehatan , Allah SWT memberi kita rasa sakit sebagai pembelajaran untuk dapat memaknai kekuatan.

Kita menginginkan kebahagiaan, Allah SWT memberi kita kesedihan sebagai pembelajaran agar mengerti makna keberlimpahan.

Kalau kita menginginkan seluruh kehidupan ini dilewati secara sempurna tanpa terganggu oleh adanya kegagalan dan cobaan sebetulnya Allah SWT mampu lakukan, tetapi tentu tidak akan dipenuhi sebagaimana harapan semua manusia. Karena dibalik masalah yang timbul ada upaya, usaha doa serta airmata yang akan membuat hidup lebih indah dan bermakna.Terpenuhi segala kenikmatan hanya akan menjadikan lemah.

Kita tidak menerima apa yang kita inginkan melainkan kita hanya menerima apa yang kita butuhkan untuk hidup.

Para Enterpreuner sukses telah memberikan contoh dan tauladan , kebanyakan para tokoh yang menapaki jalur bisnis dengan beragam ujian.Semua dilewati dengan kejatuhan, kegagalan bahkan kebangkrutan.Contohnya Donald Trump, seorang pesohor bisnis bidang property di America bahkan diawal usahanya harus menanggung hutang beberapa Juta USD, tetapi dengan keyakinan dan kecintaan atas pilihan hidup yang dimilikinya telah berhasil membuktikan bahwa kegagalan tidak perlu disesali, tetapi justru dijadikan energi untuk merubah hidup menjadi lebih baik.

Untuk itu diperlukan tindakan dan evaluasi atas apa yang diterima, karena setiap keluhan yang disampaikan tidak akan membuahkan solusi melainkan hanya berkurangnya energi hidup dan menghasilkan kebuntuan.
Maka sudahkah kita bisa menerima setiap masalah sebagai sebuah konsekuensi.Bukankah semua unsur dikehidupan ini diciptakan berpasangan, sebagaimana Siang dan Malam atau Panas dan dingin atau Tinggi dan Pendek atau laki-laki dan perempuan?Kalau saat ini belum lagi kita menerima keberhasilan hidup, tentu kegagalan lah yang kita dapatkan.
Kegagalan memang guru terbaik yang dengannya kita akan memahami bagaimana manisnya keberhasilan. Bukankah kegagalan adalah sukses yang tertunda?
Sudah barangtentu semua berpulang lagi bagaimana kita menyikapinya.Karena kegagalan yang sesungguhnya adalah bila kita gagal menyadari adanya kekurangan dalam diri yang menjadi penyebab kegagalan terjadi. Karena kesuksesan memang hak setiap orang yang selalu siap menghadapi segala kondisi dan keadaan.
Lse,
Diujung malam, 24 Maret 2008

Thursday, March 13, 2008

Suistainable Success, Sebuah Catatan Kopdar Lintas Milis Jawa Timur, 2007




Resto Pecel Pincuk Suroboyo seolah menjadi saksi dan pembuktian kehebatan seorang Inspirator Sukses Mulia, Jamil Azzaini.Maka, hari Minggu 24 Juni 2007 semua peserta acara Kopi Darat yang dihelat oleh salahsatu pegiat milis di Jawa Timur terpuaskan oleh kepiawaian sang Master Trainer Kubik Leadership membawakan materi.

Acara ini sendiri telah berhasil mempertemukan anggota lintas milis yang ada di Jawa Timur.Dari sekitar 35 Peserta yang hadir berasal dari berbagai kota seperti Jombang, Sidoarjo Malang bahkan Jember.Juga beragam latar belakang milis seperti Bisnis Smart, Surabaya Enterpreuner Club(SEC),Sidoarjo Enterpreuner Club(SidEC), Tangan Diatas(TDA),Supermind, MC- ers dan Trainer Club Indonesia(TCI), juga dari kalangan dunia Akademisi(CBIS-UBAYA).

Dalam penyampaian materinya pengurus Badan Amil Zakat Nasional yang juga penasehat Dompet Dhuafa Republika ini memaparkan mengenai sukses Jangka Panjang.Bahwa sesorang atau sekelompok orang dalam mengarungi bahtera kehidupan serta bisnis sangatlah ditentukan oleh esensi kehidupan itu sendiri berupa kebebasan berkehendak atau bentuk motivasi diri.Motivasi inilah yang seterusnya sangat menentukan jalan hidup dimasa depan.

Motivasi ini bagi masing-masing orang/sekelompok orang berbeda satu dan lainnya tetapi secara garis besar terdiri dari tiga unsur yaitu “tobe”, keinginan untuk menjadi dikaitkan dengan proses mengejar prestasi”, “To have”,keinginan meraih sesuatu dikaitkan dengan proses meraih materi dan “Valensi”, tingkat kualitas diri yang ditentukan oleh kemampuan dalam diri”.
To
Untuk dapat menempuh sukses jangka panjang (Sustainable success) ketiga unsur diatas boleh menjadi acuan tetapi sebisa mungkin kita mengabaikan to have, kenapa?karena dapat membatasi bahkan merusak to be dan valensi serta membuka pintu kesesatan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan visioner yang menetapkan tujuan tidak hanya sekedar mencari profit pada akhirnya lebih kuat bertahan bahkan dalam rentang usia ratusan tahun.Tetapi sebaliknya perusahaan yang lebih mengedepankan full business oriented semata banyak yang kemudian tidak bertahan lama.
Seperti mengutip pernyataan Jim Colins (1994)dalam built to last yang menyatakan bahwa kebanyakan perusahaan visioner tidak menganggap mencari keuntungan sebagai faktor pendorong dominan, dari sekedar kegiatan ekonomi tidak hanya mencari uang, tetapi inilah kunci serta energi.

Untuk mencapai tobe dan Valensi oleh ayah empat orang anak dari satu istri ini dirumuskan kedalam empat kriteria. Pertama, menuliskan serta menetapkan bintang terang, yaitu menetapkan prestasi tertinggi yang ingin diraih, dapat berupa impian atau keinginan untuk mencapai cita-cita tertinggi dengan cara menuliskan secara spesifik.Kedua, dengan selalu belajar atau mengasah gergaji.Berikutnya resep ketiga adalah meraih sumber Valensi dengan cara bergaul, berinteraksi dengan orang-orang sukses serta membuat jejaring dengan komunitas-komunitas positip.

Secara performance Bapak yang mengenyam pendidikan terakhir pada program Magister Management Agribisnis di IPB Bogor ini sangatlah dahsyat, terbukti seluruh audience yang mengikuti materi ini secara lesehan seolah terbius.Praktis waktu satu setengah jam yang diberikan oleh panitia serasa tidak cukup untuk menikmati materi yang disuguhkan secara apik dari detik ke detik yang terlewat.Bahkan kita merasakannya semacam tontonan entertaint yang lengkap.Antusiasme nya menular menghujam hati, joke-joke yang terlontar lepas dan mampu menghangatkan suasana.Dan pada akhir sesi beliau mampu membawa audience ke masa lalu yang mengharu biru untuk memberikan teladan bahwa untuk meraih bintang diperlukan pengorbanan, do’a juga airmata serta ketegaran hati.Keyakinan dan belajar serta berpasrah adalah ujung dari segala harapan.

Sungguh sangat beruntung kami bisa menikmati suguhan berkelas ini, maka dalam hati saya berdo’a semoga diwaktu mendatang beliau ini dapat lebih banyak menebar energi positif kepada komunitas-komunitas lain didaerah .Karena dalam perjalanan pulang saya sendiri merasakan adanya recharge energi dan semangat untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Tidak heran banyak undangan dari Mancanegara, seperti Brunei, Malaysia, Singapura, Hongkong bahkan Macau datang silih berganti.Akhirnya disanalah Kubik membangun jaringan kantor perwakilan dan menunjukkan eksistensi sebagai salahsatu Provider Training terbaik milik Anak Negeri.
Buat Pak Jamil,saya tunggu terus tulisan dan kiprahnya Bapak ternyata telah banyak menginspirasi saya………………

Usaha Jalan , dan kita tetap bisa berjalan-jalan


Pemimpin dimanapun kehadirannya sangatlah dibutuhkan,instruksinya diperlukan saat kita bingung menentukan arah.Nasehatnya dibutuhkan saat kita bimbang menentukan langkah. Sedang motivasi dirindukan saat semangat kendur.

Dunia pendidikan tanah air mengenang Tokoh Ki Hajar Dewantara yang sangat indah menggambarkan nilai ideal seorang pemimpin. Dengan Slogannya yang terkenal, Tut Wuri Handayani ,di depan memberi tauladan dengan contoh yang baik, saat seiring selalu mensupport dengan motivasi dan ketika dibelakang memberi dorongan.

Pemimpin ideal hadir dari pribadi yang mampu memenangkan persaingan. Dunia olahragapun telah menginsipirasi bahwa untuk menjadi pemenang haruslah sanggup bersaing sejalan dengan semangat Citius, Altius, Fortius.Paling Cepat Paling Kuat Paling Tinggi .

Dewasa ini karena bermunculannya kompetitor bisnis telah membentuk kondisi persaingan yang serba ketat dan berat disegala bidang kehidupan. Siapa yang bisa membaca peluang, mampu berkelit dari masa sulit ,mengubah tantangan menjadi harapan dialah yang akan tampil kedepan sebagai pemimpin.

Lihatlah beberapa organisasi bisnis sebagaimana Jamu Jago yang identik dengan Jaya Suprana atau Sari Ayu yang lekat dengan Dr Martha Tilaar ,Primagama dengan Purdi E. Chandra dan Bob Sadino dengan Kemchicksnya.

Mereka semua lahir sebagai pemimpin bisnis melalui serangkaian ujian dan hambatan yang tidak mudah. Tetapi apakah kesuksesan itu dilewati selalu dengan kehadiran sang pemimpin di garda depan operasional bisnis mereka?Ternyata tidak mereka hanya mengawal bisnis mereka di masa pembentukan, tetapi pada saat yang tepat mereka menarik diri dari campur tangan langsung atas usahanya.Untuk selanjutnya membiarkan sistem yang berjalan mengarungi lautan kehidupan yang sesungguhnya.

Tugas sang pemimpin adalah meletakkan dasar , sistem dan nilai yang nantinya menjadi pedoman dan acuan dalam kegiatan harian. Kenapa hal ini bisa terjadi? seorang pemimpin justru sebaiknya memposisikan diri pada tataran perencana dan pengontrol dan bukan di level operasional.



Di dunia bisnis peran pemimpin memang sangatlah strategis.Apalagi bisnis adalah dunia yang mempunyai tingkat resiko sangat tinggi,setiap peluang yang menjanjikan selalu juga diiringi dengan kemungkinan kegagalan. Setiap perubahan dapat menimbulkan konsekuensi.Setiap langkah perlu diperhitungkan untung atau rugi.


Saat itulah justru pemimpin memasuki masa-masa pembentukan, penempaan yang sesungguhnya sehingga akan menemukan jati diri yang hakiki. Kualitas kepimpinan akan diuji oleh sekolah kehidupan, bertahan berarti lulus dan naik ke level berikutnya. Atau gagal yang ditandai dengan menurunnya performa usaha yang sedang digelutinya hingga melemparkan yang bersangkutan dari jalur yang dilaluinya.


Apa yang berlaku di organisasi pada umumnya ternyata mengalami pengecualian pada organisasi bisnis, campur tangan peranan pemimpin dalam operasional usaha tidaklah diperlukan selamanya.Selalu hadirnya sang pemimpin justru menimbulkan ketergantungan.

Diawal pendirian , keterlibatan sang pemimpin dalam kegiatan operational dapat difahami karena biasanya segala sesuatu lebih mudah dimulai dari sedikit pemain sehingga pemimpin rangkap tugas peranan mulai dari konseptor hingga ke eksekutor.Berlebihnya tenaga justru akan berdampak pada tidak efisiennya organisasi bisnis.Terjunnya pemimpin secara langsung juga bisa berfungsi sebagai bentuk interaksi agar sang pemimpin mengenal,memahami potensi usaha yang dimilikinya.

Saat bisnis telah berkembang dan menemukan performanya, kehadiran pemimpin justru akan berakibat ketergantungan yang dapat menimbulkan terbatasnya daya kreasi, daya cipta serta daya saing untuk menyelesaikan setiap masalah yang muncul.

Yang lebih membahayakan lagi adalah apabila suatu usaha lebih menggantungkan figur pemimpin dalam menggerakkan roda usahanya.Kemudahan dan fasilitas yang didapat sesungguhnya telah mengakibatkan pengkerdilan pemikiran, bahwa hanya dengan “menjual” figur pemimpin, maka bisnis akan berjalan, order akan didapat dan roda usaha akan mampu digerakkan.

Contoh inilah yang terjadi pada kasus kolapsnya beberapa bisnis dibawah bendera Management Qolbu Group yang dikomandani Da’i kondang KH Abdullah Gimnastiar dari Bandung.

Seperti diketahui karena kesuksesan berdakwah KH Abdullah Gimnastiar telah memberikan banyak kemudahan berkiprah didunia bisnis. Kharisma dan pesona telah menjadi magnet, menarik apapun peluang. Bahkan usaha yang awalnya dimulai dari bakso, bengkel motor telah berhasil merambah kebeberapa sektor lain seperti broadcasting radio dan stasiun televisi lokal, hotel percetakan, penerbitan buku, travel hingga ke lembaga pelatihan dan sebagainya.

Dalam perjalanan waktu terbukti bahwa bertumbuhnya usaha-usaha itu tidak semuanya murni karena kemampuan mereka memenangkan persaingan dengan merubah peluang hingga menjadi pundi-pundi keuntungan.

Ada sebagian justru yang tumbuh sebagai usaha semu, keuntungan diperoleh hanya didapat dari”menjual” nama besar sang Da’i.

Pada sebuah wawancara ekslusive yang ditayangkan salahsatu teve swasta baru-baru ini, beliau memaparkan bahwa dengan mulai menurunnya aktivitas beliau dipentas Da’wah Nasional, berakibat secara signifikan atas turunnya performa beberapa bidang usaha bahkan ada beberapa yang kolaps dan terpaksa ditutup.

Seleksi alam akhirnya hanya memilih usaha yang benar-benar sehat dan profitable , mereka tumbuh karena kemampuan bersaing dan membaca peluang bukan karena berlindung atas figur dan nama besar sang pemimpin.

Hal ini terjadi karena beberapa usaha dimaksud tidak berkembang secara sehat.Melainkan mereka hanya bertumbuh dibalik kemashuran dan nama besar sang pemimpin.Memang nama besar bagi sebagian kalangan diyakini sebagai garansi.

Maka, begitu nama besar itu mulai meredup pesonanya akan berakibat redup pula kemudahan-kemudahan yang selama ini mereka dapatkan.

Inilah yang kemudian menjadi alasan kenapa “Maha Guru” Brad Sugar, membatasi bahwa sang pemimpin layak disebut enterpreuner hanya di saat usahanya benar-benar telah berfungsi dan berjalan sebagai mesin bisnis saat kita tidak terlibat lagi dalam urusan operasional langsung.

Atau menarik apa yang sering disampaikan oleh Purdie E. Chandra sang Jagoan dari kelompok Primagama yang sering melempar guyonan bahwa bisnis yang sehat adalah kalau usaha kita bisa berjalan dan sang pemimpin juga diwaktu yang sama bisa berjalan-jalan. Kita tentu faham yang dimaksudkan sebagai kepergian pemimpin adalah untuk selalu mencari idea Bisnis, peluang yang lebih besar, lompatan yang lebih tinggi atau harapan yang lebih prospektif.

Akhirnya kita paham sebelum menuai haruslah ada masa mencangkul, menabur,menanam, mengairi, manyiangi. Bahkan tak jarang saat itu kita perlu bermandi peluh, darah juga air mata.Sudahkah kita telah melakukan hal ini?(bigluk).

Masjid Gaduh




Urusan Anak ternyata tidak hanya dapat merepotkan orang tua di dalam rumah saja. Terbukti beberapa waktu terakhir ini Ta’mir Masjid perumahan kami sangat kerepotan dengan semangat mengekslorasi diri yang begitu gempita khas anak-anak.

Sepertinya anak-anak menemukan dunia bermain yang sangat mengasyikkan dan celakanya dilakukan dikala para orangtua tengah khusyu’ menjalankan sholat.Pertemuan dengan para kawan sebaya seolah menjadikan pemicu untuk bisa beraksi sesuai dengan kehendak .

Memang dunia anak sangat berbeda dengan dunia orang dewasa, mereka hidup tanpa ada pembatasan ataupun pantangan. Tetapi orang dewasa sangat banyak memiliki nilai yang memang terkadang menjadi sebuah pembatasan.

Dari dua kutub yang berbeda inilah akhirnya yang menjadikan masalah ini hingga sampai kepada tataran kerumitan.Para orang tua yang memiliki anak-anak sendiri juga merasakan pusing tujuh keliling.

Karena alasan itulah, maka sebelum berangkat ke Masjid, Ayah atau Bunda telah memberikan panduan dan arahan agar anak dapat mengikuti apa yang dilakukan. Bahkan kalaupun bisa selalu dapat bersanding dan bergerak beriring sesuai contoh.

Tetapi ternyata larangan dan arahan itu hanyalah berlaku sesaat saja, berikutnya adalah celotehan suara, kadang derai tawa khas anak anak tanpa batas.

Orang tua tentu sangat berhasrat menyambut ajakan Rasullullah untuk mengajarkan Sholat kepada anak dikala mereka telah menginjak usia tujuh tahun, dan memang mengenalkan anak dengan Masjid tentu akan mendekatkan anak kepada pusat spirit ruhani terbesar dalam Islam.

Seperti simalakama kalau dimakan, Masjid ramai oleh kegaduhan anak-anak, tetapi kalau anak tidak diajak ke Masjid maka sama saja dengan menjauhkan anak dari nilai agama.

Sayangnya orangtua kebanyakan cenderung mempunyai cara pandang yang menginginkan segalannya bisa tercapai secara instant.Secepat menikmati hidangan resto fastfood, yang begitu dipesan secapat itu datang terhidang.

Cara berfikir orang dewasa bahwa masjid adalah tempat sakral yang tidak bisa digunakan oleh anak-anak bermain dan mengeksplorasi diri tentu harus diiringi dengan arahan bukan sekedar larangan. Karena memang didalam dunia anak yang masih awam terkadang mereka memerlukan alasan termudah dan paling bisa diterima disamping pembiasan.


Jalan tengah harus diambil bukan melarang tetapi yang diperlukan adalah mendampingi. Memberikan pengawasan dan selalu memberikan petunjuk setiap terjadi penyimpangan adalah solusi.

Akhirnya setelah dilakukan syuro’ diputuskan beberapa jama’ah diberikan tugas untuk mendampingi anak saat sholat berlangsung.Setiap anak-anak bergerak meninggalkan shof,atau bereaksi dengan bercakap dengan teman sebaya, maka ayah atau bunda yang ditunjuk akan mengarahkan untuk kembali ke barisan mengunci mulut dan mengikuti gerakan imam.

Demikianlah akhirnya solusi cerdas telah digulirkan sehingga masjid telah kembali menjadi tempat yang nyaman untuk sholat dan menjadi ruang pembelajaran anak sejak usia dini.

Memberi, tentu lebih utama daripada menerima


Seratus meter menjelang jembatan terakhir yang menjadi jalur perjalanan saya menuju kantor hari ini berdiri satu portal penghimpun dana amal jariyah pembangunan Masjid.

Portal inu dibangun cukup sederhana hanya dengan bermodalkan dua drum bekas olie yang ditempatkan persis ditengah-tengah ruas jalan. Tiga orang berbagi peran dua orang sebagai pembawa kotak amal dilengkapi dengan kotak kardus bekas mie instant, plus bendera kecil warna hijau yang sesekali dikibas-kibaskan ke semua pengguna jalan yang sedang melintas dijalanan sebagai tanda untuk mengundang mereka untuk menyedekahkan uangnya.Seorang lagi berada di seberang jalan sebagai juru suara yang bertugas mengiklankan pentingnya berderma .

Kalau dijumlahkan, maka portal terbaru ini telah menggenapi keseluruhan portal serupa yang telah didirikan di sepanjang jalan yang saya lewati sebelumnya menjadi lima buah.Hampir kesemuanya memiliki format dan cara menghimpun dana yang sama.

Memang saat ini sangat lazim ditemui portal-portal semacam ini yang kalau dikerucutkan tujuan pendiriannya adalah senada,sebagai sarana penghimpun dana guna merehabilitasi dan membangun Masjid.

Saya sendiri tidak begitu terusik dengan keberadaan kegiatan ini, karena memang saya lebih sering menggunakan motor dibandingkan mobil setiap pulang pergi bekerja.Tetapi disisi yang lain saya sering mendengar keluhan para sopir mobil, karena merekalah yang kerap merasakan arus yang sedikit terhambat oleh kegiatan ini.

Dengan adanya pembatas jalan sudah barangtentu menjadikan kendaraan hanya bisa berjalan merayap satu satu.Antrian akan bertambah lama apabila pengendara tergerak untuk menyumbang.

Keinginan untuk membangun tentu sangat bagus jika memang hal itu dilakukan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan. Tidak hanya sekedar sebuah keinginan semata tanpa diiringi dengan kemampuan. Kalaupun sekarang kita belum mempunyai kemampuan, maka sudah sepantasnya tidak perlu memaksakan diri.
.

Bagi saya adalah suatu kebaikan yang sempurna apabila kita mampu mngumpulkan dana dengan cara cara yang ahsan. Tentu penyesuaian dengan kemampuan juga diperlukan agar kita tidak terjebak kepada keinginan yang terkadang menyesatkan. Tidakkah kita sadar bahwa berderma dengan ikhlas sesuai kemampuan dan kesadaran sendiri adalah lebih utama daripada kita menghimpun dana tetapi dengan unsur sedikit memaksa. Bahkan tanpa terasa kita telah terlepas dari keutamaan bahwa tangan diatas adalah lebih baik daripada tangan dibawah.Memberi tentu lebih utama daripada menerima.

Yang menjadi ironi adalah ketika fisik bangunan telah terbina dengan eloknya kita telah pula melupakan untuk membina jama’ah. Maka jangan heran apabila Masjid yang berukuran luas dan megah itu terkadang hanya berisikan beberapa orang tentu tidak sebanding dengan kapasitas yang telah diusahakan.Sholat Subuhpun sering dihadiri oleh jama’ah yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan pilar bangunan yang ada.

Sambil berkendara fikiran saya melayang ke masa lampau. Teringat saat beberapa tahun lampau seorang Ustadz yang saleh menceritakan isi kandungan Kitab Hayatus Sahabat yang berisikan suri tauladan kehidupan Nabi dan beberapa sahabat.Kalau kita menengok panutan kita, Baginda Nabi selama lebih kurang 12 tahun masa awal kenabiannya membiarkan masjid beliau tanpa penerangan, bahkan apabila saat musim penghujan tiba maka tanah yang becek akan menjadi teman setia para sahabat.Sehingga setiap kali mereka bersujud maka kening dan muka mereka basah oleh air yang Turun dari langit.

Tetapi apakah dengan kondisi seperti ini yang kemudian menjadikan surutnya semangat dan lemahnya hasrat untuk memakmurkan Masjid?. Ternyata sejarah kemudian mencatat dari Masjid yang Sangat minim dengan fasilitas inilah terlahir generasi-generasi Rabbani terbaik yang tertempa tarbiyah.

Amalan Masjid bisa berjalan dengan baik dan sempurna tanpa ada halangan fasilitas. Mereka mendapati daya tarik magnetis adalah perasaan senang dan tenteram oleh karena amalan yang dihidupkan oleh Rasulullah dan para Sahabat yang bergantian menjalankannya dengan Kegiatan Da’wah Illalah, Tadarus Alqu’an, dzikir,sholat dan bahkan juga digunakan sebagai sarana untuk membahas masalah-masalah social kemasyarakatan yang selalu mewarnai dinamika kehidupan mereka.

Sambil mengurangi kecepatan dengan menurunkan gigi persneling motor kesayangan, saya menghela napas karena gerbang kantor tempatku bekerja telah kumasuki. Segera kuparkir kendaraan ditempat yang tersedia.Saya berfikir untuk lebih menggiatkan kegiatan masjid terlebih dahulu sebelum memikirkan bagaiman cara untuk memperluas dan memperindah bangunan masjid bertetangga dengan rumah.Wallahu ‘alam bishowab.