Thursday, September 22, 2011

Kecerdasan Bisnis, Orientasi menjaga mengendalikan mutu bagi Pelanggan


Petang itu disudut Ruko megah berlantai dua, penuh berisi peralatan dapur, kardus, plastik aneka rupa saya berjumpa sahabat lama. Sebuah bangunan berfungsi sebagai toko dan gudang sekaligus. Seorang pebisnis ulet , sejak muda telah ber-ibu
masalah dibesarkan kesulitan. Menapaki bisnis bermodalkan kenekatan dan keberanian ingin mengubah garis takdir.
Sekolah formal hanya mampu diselesaikan hingga tamat Sekolah Menengah Pertama . Kepapaan orang tua terbukti tak cukup membawanya mengarungi cita. Keputusan bekerja jadi pilihan berikutnya. Ijasah tak banyak memberi kemudahan. Bermodal kerja keras, jujur dan belajar tanpa putus, akhirnya datang peluang sebagai pegawai.

Meski hidup serba terbatas bakat dan garis pebisnis telah nampak nyata hadir padanya. Tak cukup hanya berpangku tangan semata menerima suratan. Apa yang nyata didepan mata, disaksikan, dirasakan adalah sekolahnya,semua kawan dan boss adalah gurunya. Pengalaman membimbing kepada keluasan pemahaman.
Setiap pengetahuan diingat , dicoba, dan di pelajarinya. Dari waktu ke waktu keahlian bakat dan kemampuannya terasah. Dimulai dari karyawan dilevel terendah saat ini nasib telah berpihak padanya. Maka kesuksesan seolah tergenggam erat di tangannya. Rumah Megah, resto, dan show room Jual beli Mobil & Motor menjadi symbol pencapaiannya.
Harta dan uang bukan jadi masalah, sebaliknya waktu dan kenyamanan tak bisa dikecapnya mudah. Salah satu yang masih mengusik hatinya adalah bisnis yang tiap saat “menyanderanya”.
Memaksa harus on site selama tujuh hari dalam sepekan. Mulai dari pagi hingga hari menjelang petang seluruh tenaga , pikiran ,segenap tenaga dan kemampuan harus dibenamkan disana.
Bisnis yang terakhir digelutinya tak mudah dikontrol dan dikendalikan. Bisnis resto yang sebelumnya jadi pilihanpun akhirnya terpaksa tutup karena konsentrasi terpecah. Simalakama yang harus dipilih jika tak ingin keduanya harus hancur bersama.
Rupanya sahabatku ini sekarang menjadi pelaku bisnis terlilit sulit . Dia sengaja mengundangku untuk memberi solusi aksi .
Sepemahamannya jika internal sudah tak berjumpa cara mengurai problema, diharapkan orang lain mudah melihat kekuranganya. Seperti penghuni yang tak dapat melihat kemiringan rumah sendiri, sebaliknya orang diluar akan mudah melihatnya.
Berhari kusempatkan mengunjunginya, sabar melihat operasional bisnis dari hulu-hilir. Bertanya, menganalisa hingga mendiagnosa. Beberapa kesimpulan dan formula akhirnya kusodorkan untuk dicoba.
Visi tak dirumuskan jelas sehingga arah dan tujuanpun kabur membingungkan. Kutemukan antara keinginan tak berbanding lurus dengan apa yang dikerjakan. Prinsip dasar pelayanan yang mereka tawarkan sebenarnya konsep swalayan, tapi suporting tak ada. Item label dan pricetext tak lengkap meski semua barang telah ter-display bagus di shelving rack .
Bagian-bagian kerja tak dirumuskan dalam jobdesk maupun hirarki struktur yang rapi. Sentralisasi kepempinan melengkapi kerumitan, karena tak ada pelimpahan wewenang. Semua keputusan mulai kapan mau order barang, menetapkan harga hingga ke kontrol kehadiran karyawan.
Terinspirasi tulisan Raymon Kroc dalam autobiografinya, Grinding It Out. Sang pelopor Modernisasi Mc Donald yang berhasil menyulap bisnis makanan tradisional USA masuk ke ranah industri. Dia menceritakan proses methode Amati-Tiru dan Modifikasi ala Ford Industri Automotif terdepan dari Detroit diadopsinya.
Mengemas prosedur operasi yang distandarkan dalam proses yang bisa duplikasi, dan memberlakukan disiplin terukur bagi karyawan. Disana Mobil dibuat secara presisi, bagian per bagian dan dibuatkan perakitan yang efisien. Melakukan Evaluasi terus-menerus dalam bentuk improvisasi, menyempurnakan langkah dalam sistem berjalan secara smooth.
Kroc merumuskan Visi Bisnis MC Donald adalah Mutu, Pelayanan, Kebersihan dan Nilai. Semua kebijakan diarahkan menuju ke sana. Berikutnya mengkonsep pemecahan pekerjaan menjadi serpihan proses terintegrasi.
Kroc merancang, merumuskan dan menetapkan metode sistem operasi prosedur (SOP) sedrhana. Burger yang tepat sama ukuran dan mutunya, masing-masing berisi potongan acar yang sama. Setiap burger disajikan dalam talam yang serupa bersama kentang goreng yang dimasak dengan durasi waktu standard.
Banyak kalangan meremehkan bahwa setiap bagian proses bisnis harus dapat terdiskripsikan. Padahal inilah kunci penting setiap unit memiliki standard kerja jelas, terukur dan terkontrol. Pegawai paham apa yang dikerjakan dipastikan dan dikendalikan. Sebagaimana Kroc juga dapat mendeskripsikan proses pembuatan Sandwich sempurna.
Jurus dan tip inilah yang kutawarkan dengan kemasan sederhana mudah.
Meski tak begitu saja dipahami diterimanya. Rupanya sang Juragan percaya pada kemampuan sendiri lebih mumpuni karena telah teruji.
Bertahun bertahan di bisnis yang dikelola membuatnya lupa bahwa solusi dapat dimulai dari kemauan merubah diri sendiri. Sistem yang teruji sampai dipuncak prestasi adalah bukti, bahwa mereka layak diikuti. Analoginya melintasi kereta di rel yang sama, lebih pasti dari sekedar memacu mobil dijalur berbeda. Memiliki peluang jalan diretas berbeda arah, tujuan dicapai akhirnya belum tentu sama.
Bertahan di kemapanan sistem yang salah hanya akan melanggengkan kemandekan semata. Mengandalkan tekhnikal success dan tak paham cara meraihnya. Pandai menjalankan bisnis tetapi tidak tahu skill yang dibutuhkan dalam bisnis akan menuai kegagalan juga. Yang dibutuhkan adalah kecerdasan berbisnis, bukan hanya tekhnikal nya saja. Kompetensi , Knowledge dan Skill dibutuhkan dalam setiap langkah bisnis. Orientasinya dengan menjaga, mengendalikan mutu, dan memelihara kepuasan semua pelanggannya . Bagaimana menurut anda? (Lse)

No comments: