Monday, November 7, 2011

Pahlawan lahir dari kompetisi sunyi, Merahnya Perjuangan dan Putihnya Pengorbanan

Pahlawan bukan turun dari Surga ia dihadirkan Zaman, mewujud untuk menentang aroganya kesewenangan. Lahir dari tulusnya hati tanpa pamrih, turun ke gelanggang meski berkalang keterbatasan. Berani berteriak, bergerak, menyalak menyulut perlawanan. Inilah keteladanan Merahnya Perjuangan dan Putihnya Pengorbanan Arek arek Suroboyo.
Nusantara adalah Zamrud Khatulistiwa menjadi bunga pesona bagi Kaum Penjajah. Meski beribu hasta jarak membelah tak menyurutkan minat
banyak Negara mengeruk Harta dan kekayaan Alam terkandung didalamnya. Belanda Negeri kecil di Benua Eropa, menuliskan sejarah sebagai Bangsa terlama menjarah Nusantara. Ada Portugis, Inggris dan Jepang yang mengikuti langkah serupa. Mengeksploitasi semua potensi hanya untuk menggelambungkan pundi Negeri Penjajah. Bermula dari kedatangan tentara Inggris 25 Oktober 1945 ingin melucuti tentara Dai Nipon Jepang. Ternyata ada misi tersembunyi ingin mengembalikan kedaulatan Indonesia kepada Pemerintah Belanda. Arek Suroboyo sontak meradang dan tak terima. Insiden Perobekan bendera Triwarna Belanda di Yamato Hoteru mengobarkan perang terbuka. Pertempuran dahsyat antara 30 ribu tentara Inggris dibantu Belanda ini memerahkan Surabaya. Terlebih setelah Brigadir Jenderal Mallaby tewas diterjang Peluru di kota Buaya. Pertempuran 10 November 1945 , adalah pertempuran terbesar dalam sejarah yang disulut oleh bangsa terjajah kepada penjajah dalam format pemberontakan semesta. Inilah kelak pola pertempuran yang menginspirasi perlawanan Negara Asia dan Afrika merebut Kemerdekaannya dengan mengangkat Senjata. Tak lagi melalui meja perundingan dan meminta hadiah merdeka kepada negeri Penjajah. Hari ini sosok Pahlawan tetaplah dirindukan kehadiranya. Ia tak harus menunggu pertempuran berdarah. Tak harus melelehkan airmata derita. Cukuplah ia sosok yang berani menerjang segala keterbatasan melawan ketak adilan dan kesewenangan. Seorang pahlawan pastilah berkarakter kebangsaan dan cinta tanah air. Tindakan-tindakannya lahir sebagai wujud keprihatinan atas realita kekurangan hidup jauh dari kebahagiaan sempurna. Sosok pahlawan berani berjuang mendobrak kultur yang menghanyutkan dan membuai. Secara sadar atau tidak, ia bertindak mengaktualisasi dan meluruskan apa yang salah di lingkunganya, tidak sekedar berteori dan beretorika basi. Indonesia, 66 tahun merdeka, ternyata hari ini belum mampu meraih impaian kemakmurannya . Sumber daya alam yang sangat melimpah hanya menjadi kutukan keterpurukan bukan berbunga kesejahteraan. Sebagai bangsa besar, belum membukukan prestasi, malah menuai beribu masalah saban hari. Anda dan saya jangan terjebak menjadi Pahlawan kesiangan. Minggir dari kancah pertempuran. Hanya mencari kesenangan, datang disaat kenyaman sudah terhidang. Pahlawan memang tidak harus mendapat apresiasi pengakuan dari Masyarakat. Karena jika kita mencari pamrih maka hilanglah dari pribadi kita sifat kesejatian seorang Pahlawan. Ingatkah bagaimana Arek arek Suroboyo tak memikirkan apa yang mereka dapat. Justru lebih banyak yang memilih jalan sunyi dari pengakuan dan popularitas. Terpenting adalah menyambut panggilan merubah keadaan. Kemerdekaan sungguh dirindukan tetapi jika tak ada pilihan Matipun rela dipersembahkan Negeri ini masih belum terbebas dari belenggu kemiskinan dan ketakadilan. Saat ini masih terbuka peluang menjadi Pahlawan dengan medan perjuangan yang berbeda peran. Tahun ini Hari Pahlawan berdekatan dengan momentum Iedul Adha. Rupanya jika kita hubungkan ada benang merah antara Pahlawan dan semangat kerelaan berkorban. Alangkah indahnya harmoni jika masyarakat selalu berkompetisi sunyi menjadi Pahlawan. Rendah hati tak berharap puja puji, saling dahulukan yang lain, saling bela, saling berlomba menjadi juara . Pahlawan adalah orang biasa dengan garis perjuangan hidup luar biasa. Tak banyak suara lebih banyak bekerja, cinta sesama dan Negara. Pahlawan itu bisa jadi Anda dan Saya ketika berani memutuskan dan menjatuhkan pilihan dan berkomitmen. Nilai Pahlawan adalah prestasi dengan mengubah dunia sekitarnya menjadi lebih baik. Pahlawan hari ini bisa berwujud ibu rumah tangga yang tulus melayani keluarga , Birokrat yang lurus tanpa cela, cendekiawan yang berhati mulia , Entrepreuner sejati peduli negeri , Pekerja berprestasi, pelajar cemerlang , pemimpin yang rendah hati. Kita sudah merdeka, tapi kita masih dipanggil untuk terus berjuang! Terus kobarkan semangat kepahlawanan, jadilah penggerak perbaikan dan perubahan. (LSe)

No comments: