Monday, April 14, 2008

Sedekah , sebuah Kran Rizki yang diberkahi





Tanggal Lima belas Ramadhan tahun lalu, saya mendapat pencerahan atau bisa disebut Hidayah.Sering saya mendengar, membaca atau menyampaikan pentingnya bersedekah tetapi sebatas sampai ditelinga, atau diucapkan dilidah.Belum pernah berkesan didalam hati sehingga efeknya hanyalah sebatas wacana dan belum menjadi spirit yang menjiwai dan mewarnai kehidupan .

Demikianlah saya membaca kembali pentingnya kewajiban bersedekah ini dengan rasa penasaran yang teramat sangat.Ya……. sekali lagi
kewajiban dan bukan anjuran sebagaimana kefahaman awal saya mengenai kewajiban menyisihkan sebagian harta kita untuk diterimakan kepada orang yang lebih berhak.

Saya intens mencermati topik sedekah setelah banyak sharing dari para mentor dan pra motivator enterpreuner maupun bisnis menuliskan bahwa bersedekah adalah sesuatu hal penting yang harus dilakukan.Bahkan seperti ditulis yang menyebutkan bahwasannya”Semakin banyak memberi maka hakekatnya kita akan semakin banyak menerima”

Sedekah tidak sama dengan rumus matematika ,dalam pelaksanaan sedekah jumlah 100 apabila dikurangi dengan dua puluh maka akan menyisakan angka delapan puluh.Secara kasat mata memang yang nampak barang kita menjadi berkurang tetapi hakekatnya dari sisi rejeki nilai harta kita akan menjadi lebih “bernilai”.Kelebihan nilai itu adakah berupa keberkahan.Rejeki yang berkah berarti kalau kita menerima banyak bermakna kemanfaatan sedang kalau kita menerima relatif sedikit berarti kecukupan.

Bahkan dalam Tarikh dikisahkan bagaimana Fatimah Azzahra R.A, putri Rasullulah SAW mencontohkan bahwa bersedekah bisa mendapatkan balasannya didunia dan tentu juga ganjaran pahala diakhirat kelak.

Suatu hari beliau melaksanakan shaum, sebelum datangnya waktu berbuka puasa beliau perintahkan pembantunya untuk menyiapkan sepotong Roti satu-satunya yang mereka miliki.Tidak lama berselang datanglah seorang pengemis yang telah beberapa waktu belum mendapatkan rejeki sehingga tidak bisa makan. Saat itu pulalah Fatimah R.A telah perintahkan kepada sang pembantu untuk mensedekahkan roti mereka. Ditengah kegalauan hati pembantu yang terpikir hari itu mereka tidak dapat berbuka puasa. Beliau menegaskan bahwa Allah akan segera mengganti sepotong roti dengan sesuatu yang belum pernah mereka lihat dan rasakan sebelumnya, asal diikuti dengan hati yang tulus ikhlas.Dan benar tidak lama pada saat waktu puasa telah usai, maka Allah telah kirim salah seorang dari kaum Anshor untuk mnegirimkan sepotong Roti dengan isi Daging Kambing yang sangat lezat dan belum pernah dilihat dan dirasakan sebelumnya.


Bersedekah sesungguhnya adalah merupakan salahsatu bentuk pengejawantahan rasa syukur kepada Allah.Dengan memberi berarti kita membagi sebagian rejeki kita kepada orang lain.Mensyukuri bahwa apa yang kita dapat hakekatnya adalah bukan merupakan hasil usaha kita semata melainkan ada unsur rahmad Allah atas usaha yang kita lakukan.

Di sisi yang lain memberi berarti melawan nafsu diri sendiri untuk menguasai seluruh yang kita dapatkan.inilah nafsu paling berbahaya bagi manusia.Kenapa? karena kalau kita tidak mampu memaintain nafsu yang kita miliki, maka dia bisa tenggelam didalam kubangan lumpur keserakahan yang tiada bertepi. Tidak pernah puas atas apa yang kita terima, memandang bahwa yang kita dapat belum mencukupi dibandingkan kebutuhan.

Maka ada pendapat yang menyatakan bahwa kalaupun seseorang itu telah memiliki harta yang senilai dengan satu lembah emas maka sudah pasti dia segera memikirkan untuk memiliki yang kedua, demikian pula yang ketiga dan seterusnya, dan semua akan terhenti kecuali raga telah berpisah dengan jiwa dan tubuh telah kembali ketanah untuk menemui sang pencipta.

Kalau kita berpikir ke hal yang lebih esensi sebetulnya kenapa Allah ciptakan adanya perbedaan strata kehidupan ada yang berkecukupan ada yang berkekurangan, dikarenakan diperlukan adanya keseimbangan dalam hidup.Yang berkecukupan dapat bersedekah kepada yang berkekurangan, tidak perlu meminta-minta kepada yang berpunya dan ikhlas atas rizki yang diterimanya.

Maka diri kita sebenarnya hanyalah penyalur Rizki dari sang Maha Pemberi selayaknya sebuah kran air yang berfungsi sebagai tempat aliran air.Maka ada kemuliaan saat kita bisa menjadi salahsatu penyalur rizki bagi orang lain yang membutuhkan.Menjadi kepanjangan tangan Allah adalah suatu kemuliaan. Bukankah tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah?


Wallahu A’llam bishawab

Suatu hari di Bulan Ramadhan 2005

No comments: